TAQWA DAN AKHLAK MULIA ADALAH TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Posted by Unknown Jumat, 31 Mei 2013 0 komentar
Selasa siang, MK mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 Ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Dengan dikabulkannya uji materi tersebut, RSBI dibubarkan oleh MK. Mencermati hal itu maka saya membaca naskah konsep kurikulum yang akan diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2013 adalah sangat menggembirakan. Dalam naskah itu disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah diawali untuk membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Menjadi menarik dan menggembirakan oleh karena persoalan bangsa Indonesaia selama ini adalah terletak pada wilayah itu dan lewat kurikulum tersebut persoalan tersebut akan diselesaikan. Memang senyatanya, bahwa korupsi, kolosi, nepotesme, tawuran, narkoba, perselingkuhan, sampai pada kasus-kasus plagiat sebenarnya adalah bersumber dari rendahnya keimanan, ketaqwaan dan akhlak itu. Terkait dengan persoalan tersebut, pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya menanamkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang mulia itu kepada peserta didik. Pendidikan tersebut tentu tidak cukup hanya lewat pemberian bahan pelajaran oleh guru kepada para siswanya, dan apalagi itu dijalankan lewat kegiatan yang bersifat formal dalam waktu tertentu. Sasaran pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia bukan hanya terletak pada wilayah kecerdasan intelek atau pikiran, melainkan pada wilayah hati. Sentuhan-sentuhan hati, pembiasaaan, dan ketauladan dalam kehidupan sehari-hari itu sebenarnya adalah merupakan proses panjang yang harus dijalankan secara terus menerus dalam mengimplementasikan pendidikan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Dalam sejarah, bahwa pendidikan keimanan, ketataqwaan dan akhlak mulia yang paling sukses adalah dilakukan oleh para nabi dan tidak terkecuali Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, manakala pendidikan itu ingin sukses, maka dalam batas-batas tertentu, menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, seharusnya mengikuti siapa yang telah menjalankan dan terbukti sukses itu. Selain itu, sebagai hal penting yang seharusnya dipahami secara mendalam adalah tentang bahan dan metodologi yang dijalankan. Para nabi, termasuk Nabi Muhammad sukses dalam menjalankan pendidikan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia oleh karena utusan Tuhan itu terlebih dahulu telah menyandang kekayaan, berupa karakter yang mulia itu. Hal itu memberikan petunjuk bahwa seharusnya penyandang peran pendidik karakter mulia itu adalah orang yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Tidak akan mungkin orang yang tidak beriman, tidak bertaqwa, dan tidak berakhlak mulia akan melahirkan anak didik yang memiliki kharakter ideal itu. Karakter terpuji hanya akan lahir dari guru yang memiliki akhlak mulia. Selain itu, hal yang penting adalah bahwa karakter mulia akan lahir dari lingkungan, atau proses-proses kehidupan yang terpuji dan mulia. Suasana pendidikan yang di sana terdapat sikap-sikap tidak terpuji, seperti memanipulasi raport, membiarkan anak-anak berbuat curang dalam ujian, guru yang tidak disiplin, suasana pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai transaksional dan sebagainya, sebenarnya merupakan pendidikan yang kontradiktif dari tujuan pendidikan yang amat mulia itu. Sosok nabi sebagai guru adalah orang yang terpercaya, memiliki komitmen dan integritas yang sempurna dalam membanghun kualitas manusia, sehingga keberadaannya selalu menjadi tauladan atau uswah hasanah bagi masyarakat yang dididiknya. Selain itu, Nabi secara total memberikan jiwa dan raganya demi untuk menunaikan amanah yang dibebankan kepadanya. Nabi juga tidak saja memberikan pengetahuan, melainkan selalu menjalankan apa saja yang diajarkannya. Bahasa lisan nabi selalu sama persis dengan bahasa perbuatannya sehari-hari. Itulah pendidikan karakter, pendidikan keimanan, dan pendidikan ketaqwaan yang sebenarnya. Pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, sebagaimana dijalankan oleh Nabi, bersumber dari kitab yang tidak pernah terdapat di dalamnya kesalahan dan atau bahkan sekedar meragukan, ialah kitab suci. Bahan pelajaran itu diberikan langsung dari Tuhan. Oleh sebab itu semestinya, bahan pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia tidak perlu dicari dari sumber lain, tetapi seharusnya mendasarkan pada wahyu yang telah terhimpun dalam kitab suci, yang nyata-nyata kitab itu telah berhasil membentuk perilaku mulia. Sebagai bangsa yang berpancasila, dalam hal ini rakyatnya memeluk berbagai agama, maka anak-anak seharusnya diajarkan kitab suci sesuai dengan agamanya masing-masing. Anak-anak muslim diajari al Qur’an, anak kristen diajari Injil, dan seterusnya. Memperhatikan riwayat kehidupan nabi dalam membangun keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia itu bagi siapapun adalah terasa berat. Guru atau para pendidik harus melakukan peran-peran prophetik atau kenabian. Pandangan seperti itu tidak berlebihan oleh karena juga dikatakan bahwa, para ulama’ atau setidaknya guru adalah mengemban amanah sebagai pewaris para nabi. Peran sebagai pewaris tentu tidak akan sempurna sebagaimana orang yang mewarisi. Harta waris selalu akan dibagi-bagi kepada semua yang berhak, sehingga perolehannya tidak akan sama dengan yang dimiliki oleh leluhur pemiliknya. Paling tidak dengan pandangan seperti itu, maka harus dipahami bahwa pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia tidak akan berhasil manakala hanya dilakukan seadanya, ialah hanya sekedar menyampaikan bahan-bahan ajar secara terbatas. Pendidikan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia harus diberikan oleh orang yang telah memiliki karakter itu, menggunakan pedoman yang tepat yaitu kitab suci, dan seharusnya berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak terbatas hanya dalam program-program terstruktur di kelas belaka. Para guru tidak akan mungkin menyamai kehidupan Nabi, tetapi paling tidak bahwa yang bersangkutan harus memiliki kesadaran bahwa dirinya baik di kelas maupun di luar kelas, sedang dicontoh atau ditauladani oleh anak didiknya agar menjadi beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Wallahu a’lam. Oleh : Moh. Safrudin, S.Ag, M.PdI ( Staf pengajar MAN 1 Kendari Pengasuh acara SINAR RRI Kendari )

Baca Selengkapnya ....

Kurikulum pendidikan 2013 tidak bisa diterapkan

Posted by Unknown Senin, 13 Mei 2013 1 komentar
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menilai mekanisme pelaksnaan kurikulum 2013 tidak jelas. Karenanya tidak bisa diterapkan secara menyeluruh pada tahun ajaran baru nanti. "Kalau dipaksakan, kurikulum akan hancur karena semuanya belum siap. Bahkan penandatanganan dokumen kurikulum saja belum dilaksanakan hingga saat ini meski tahun ajaran baru akan dimulai sebentar lagi," ujar Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI Pusat Drs Sugito MSi kepada wartawan, di AMC UMY. Minggu (12/5). Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY tersebut, belum adanya penandatanganan dokumen kurikulum membuat proses penggandaan buku dan silabus pun hingga kini tidak bisa diselesaikan. Jadwal pelatihan bagi para guru pun akhirnya ikut mundur karena masalah tersebut. Padahal mereka tidak bisa menerapkan kurikulum tersebut kepada anak didik bila tidak dilakukan pelatihan terlebih dahulu. Sementara anggaran untuk pelaksanaan kurikulum dari pemerintah tidak sesuai permintaan kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Dari dana sebesar Rp2,4triliun yang diminta kemendikbud, pemerintah hanya menurunkan dana sebesar Rp880 miliar. "Akibatnya sasaran sekolah yang menerapkan kurikulum ini pun akhirnya dikurangi. Kalau dulunya 30% di tingkat SD, maka dikurangi jadi 5% saja dan di tingkat SMP hanya 30%," ungkapya. Dengan munculnya berbagai persoalan tersebut, PB PGRI meminta penerapan kurikulum 2013 sebatas uji coba. Kemendikbud RI tidak perlu memaksakan diri untuk menerapkan kurikulum baru tersebut secara menyeluruh. Selama setahun kedepan Kemendikbud bisa melakukan evaluasi penerapan kurikulum. Hasil dari evaluasi tersebut bisa dilakukan pembenahan dengan anggaran yang baru. "Bila kurikulum hanya diterapkan sebagai pilot project dan belum final, maka kemendikbud bisa melakukan pembenahan disana-sini agar kedepannya lebih baik," ungkapnya.

Baca Selengkapnya ....

Penyebab guru tidak disenangi siswa

Posted by Unknown Sabtu, 11 Mei 2013 0 komentar
Guru selayaknya di guru dan ditiru dengan catatan langkah, perbuatan serta ucapannya sesuai dengan hukum ,aturan serta norma yang berlaku. Tidak jarang dan sering terdengar di pihak wali murid ada yang suka membicarakan seorang guru tentang mengajarnya atau siswa didik yang curhat terhadap orang tuanya dengan kejadian –kejadian seorang guru di sekolahnya.
Banyak guru di sekolah tidak sadar jika anak didiknya kurang suka sama dirinya. karena sudah sesuai dengan tupoksi, padahal di masyarakat dan siswa didik banyak yang membicarakan dan mengucapkan tidak suka.
Melalui artikel sederhana ini , saya akan menuliskan  factor-faktor yang menyebabkan siswa tidak suka kepada gurunya. Tulisan ini saya buat hasil dari interview dengan anak serta dengan pertanyaan quiz. Kegiatan ini saya lakukan ditempat kerja saya dengan hasil kesimpulan. Bahwa ada faktor penyebab guru tidak di senangi siswa diantaranya :
  1. Guru banyak menyuruh siswa mencatat materi  tetapi guru tidak mau menjelaskan.
  2. Dalam mengajar  terlalu monoton  dengan menggunakan metode ceramah yang tidak interktif.
  3. Guru tampak bringas, tegang kurang menunjukkan rasa kasih sayang.
  4. Kurang menghargai siswa
  5. Malas atau jarang masuk kerja
  6. Datang untuk mengajar selalu kesiangan tidak tepat waktu.
  7. Terlalu banyak memberikan tugas –tugas  dengan jumlah banyak.
  8. Saat pelaksanaan pembelajaran dari awal hingga akhir guru hanya diam dan duduk ditempat atau dikantor.
  9. Menjelaskan materi terlalu cepat, tidak peduli terhadap siswa mau paham atau tidak terpenting menjelaskan.
  10. Sering memarahi siswa dengan permasalahan yang tidak besar.
  11. Sering memukul, merendahkan siswa dan mengolok-olok siswa
  12. Tidak menjenguk saat ada siswa sakit.
  13. Kurang menguasai materi, metode dan model pembelajaran.
  14. Kurang memiliki rasa kasih sayang bahwa siswa didik adalah anak kita juga.
  15. Tidak pernah senyum di kepada siswa.
Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi diri saya sendiri dan mudah-mudahan bermanfaat untuk orang lain sesama pendidik.

Baca Selengkapnya ....

Kemendikbud Umumkan SBMPTN 2013

Posted by Unknown Jumat, 10 Mei 2013 0 komentar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi (Dikmenti) mengumumkan proses Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2013, Sabtu (11/5). Ketua SBMPTN, Profesor Akhmaloka, memaparkan penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN) di seluruh Indonesia akan dilakukan melalui tiga jalur, yakni undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan ujian mandiri yang digelar masing-masing PTN. Udangan SNMPTN merupakan seleksi dari PTN tanpa adanya tes bagi calon mahasiswa baru. Sedangkan SBMPTN merupakan tes tertulis yang disegelenggarakan serentak Dikmenti di seluruh Indonesia. SBMPTN melibatkan 62 PTN di bawah Kemendikbud dan Kementerian Agama. Pendaftaran SBMPTN akan dibuka Senin, 13 Mei hingga 7 Juni. Pelaksanaan ujian tertulis pada 18-19 Juni. Selain ujian tertulis, akan ada ujian keterampilan bagi universitas dengan program studi ilmu seni keolahragaan pada 20-21 Juni. Pengumuman hasil ujian pada 12 Juli. Proses pendaftaran dan pengumuman hasil dilakukan secara online di HYPERLINK http://ujian.sbmptn.or.id/"http://ujian.sbmptn.or.id. "Untuk mencegah penuhnya pengakses online, hasil ujian akan kami umumkan juga melalui media cetak," kata Akhmaloka. Biaya pendaftaran yang dikenakan bagi peserta SBMPTN sebesar Rp 175 ribu untuk pilihan jurusan di rumpun sains dan teknologi atau sosial humaniora. Sementara untuk peserta yang ingin mengambil kesempatan di dua rumpun itu dikenakan biaya Rp 200 ribu. Biaya tambahan Rp 150 ribu akan dikenakan pada peserta yang mengikuti ujian keterampilan di program kesenian atau keolahragaan. Akhmaloka meyakinkan, "Khusus untuk calon peserta yang mendapatkan beasiswa Bidikmisi Kemendikbud, semua proses SBMPTN akan dibebas-biayakan." katanya menegaskan.

Baca Selengkapnya ....

antara ketiban ilmu dan menuntut ilmu

Posted by Unknown 0 komentar
Semakin maju teknologi elektronik semakin beragam bentuk media yang hadir di depan kita. Jika zaman dahulu belajar dan berita ditularkan dengan amat lambatnya, sekarang semuanya serba cepat. Siapa lebih cepat, dialah yang dapat. Maka mengenallah kita berbagai acara langsung yang seolah tidak berjarak lagi antara watu kejadian nyata dan informasi yang kita terima. Kemajuan ini sangat berpengaruh sekali pada berbagai lini kehidupan. Mulai dari sistem pembelajaran yang dikenal denga istilah e-learning, sisi administrasi ada e-KTP demikian juga dalam dunia dakwah. Bagi sebagian orang yang percaya akan mitos teknologi dan obyektivitas media, menanggapi kemajuan ini dengan penuh keriangan karena hal tersebut meringankan kewajiban dalam mencari ilmu ‘thalabul ilmi’ sebagaimana seruan Rasulullah saw yang telah masyhur ‘uthlubul ilma wa lau bis-shin’ carilah ilmu sampai negeri cina. Benarkah demikian? cukupkah criteria mencari ilmu itu hanya dengan duduk-duduk di depan televisi sambil minum teh dan menyimak para ustadz berceramah? Atau dengan memainkan mouse di depan computer secara oline dan menziarahi berbagai situs Islam? cukupkan semua itu? Mengenai gambaran ini Muallim KH. Syafi’I Hadzami pernah mengatakannya sebagai ketiban ilmu bukan mencari ilmu (thalabul ilmi). Memang mendengarkan berbagai materi dakwah melalui media apapun merupakan amal baik dan insyaallah banyak memberi manfaat. Namun jika caranya seperti gambaran di atas tanpa ada usaha yang ‘merpotkan’ itu belum layak disebut mencari atau menuntut ilmu, mengaji, juga bukan thalabul ilmi. Karena sesungguhnya thalabul ilmi itu mensyaratkan wujudnya seorang guru yang akan membimbing dan mengarahkan serta memberikan sui tauladan praktis (aplikatif) dalam dunia nyata. Atau dalam bahasa jawa yang bisa digugu dan ditiru (bisa didengarkan fatwa kebenarannya dan dicontoh tindak lakunya). Oleh karena itu jika tidak dijumpai seorang guru, hendaklah ia mencarinya hingga ketemu walaupun dengan berjalan sejauh jarak negeri Arab hingga Cina. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Allah Musa as. ketika mengarungi lautan penuh kecapaian dan letih lesu dalam rangka mencari sang Guru Nabi Allah Khidir as. أتنا غداءنا لقد لقينا من سفرنا هذا نصبا Berikanlah kepada kami makanan siang. Sesungguhnya kami telah menjumpai (merasa) letih dalam perjalanan ini. Demikianlah, bagaimana kata thlabul ilmi identik dengan thalabul mursyid dan thalabus syaikh sebagai penunjuknya. Begitu pentingnya posisi seorang guru dalam pencarian petunjuk seperti yang diterangkan oleh Ibn Ruslan dalam Zubad­-nya. من لم يكن يعلم ذا فليسأل * من لم يجد معلما فليرحل Barang siapa yang tidak mengetahui akan sesuatu masalah hendaklah ia bertanya. Barang siapa yang tidaj mendapatkan guru, hendaklah ia berlayar. Kata berlayar dalam konteks syi’ir diatas adalah bepergian yang selayaknya menyertakan proses usaha keras, letih dan capek. Wallahu a’lam bis-showab.

Baca Selengkapnya ....

Penulisan Lafazh Salam Dan Kekeliruannya

Posted by Unknown 0 komentar
Pembaca kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, ucapan salam adalah sunah yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi sebagian kaum muslimin salah dalam mengucapkannya, sebagian salah dalam menuliskan atau melafazhkan, sebagiannya lagi salah dalam mengucapkan salam dengan meringkasnya menjadi kata yang tidak lagi menjadi salam.
Dalam bahasa arab, tulisan salam secara lengkap adalah seperti ini,
Pembacaannya adalah “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”, kalau mau terperinci panjang pendeknya di tulis “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”, perhatikan panjang dan pendeknya

Makna kalimat salam tersebut di antaranya adalah, “Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu.”
Ucapan salam di atas adalah bentuk salam yang paling sempurna, adapun bentuk pengucapan lain bisa dengan mengucapkan,
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“Assalamu ‘alaikum warahmatullah”
Atau,
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
“Assalamu ‘alaikum”
Dasarnya adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- : عَشْرٌ . ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ : عِشْرُونَ . ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ : ثَلاَثُونَ
Dari Imran Ibn Hushain radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mengucapkan “Assalamu ‘alaikum”. Nabi menjawab salam itu, lalu orang itu duduk. Nabi berkata, “sepuluh (kebaikan)”. Kemudian datang orang lain dan mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”. Nabi menjawabnya, lalu orang itu duduk dan Nabi berkata, “Dua puluh (kebaikan)”. Kemudian datang orang lain lagi dan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh”. Nabi membalas salamnya lalu dia duduk dan Nabi berkata, “Tiga puluh (kebaikan).” (HR. Abu Daud)
Membalas Salam
Adapun bentuk membalas salam adalah berdasarkan firman Allah ta’ala dalam surat an-Nisa,
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. An Nisa’: 86)
Dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahkan kita untuk membalas salam dengan yang lebih baik, sehingga kalau yang memberi salam mengucapkan,
“Assalamu ‘alaikum”
Maka minimal kita jawab dengan mengucapkan,
“Wa ‘alaikumus salam”
Kalau kita ingin membalas dengan yang lebih lengkap dengan mengucapkan,
“Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullah”
Atau,
“Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh”
Maka ini lebih baik.
Jadi apabila yang memberi salam mengucapkan lafazh yang lengkap, maka sepantasnya kita untuk membalas dengan ucapan salam yang lengkap juga.
Perhatian!!
Kesalahan yang sering ditemui dalam pengucapan salam adalah penyingkatan salam dengan tulisan “ass”, “ass.wr.wb”, “asw” atau yang lainnya, maka ucapan seperti ini bukanlah salam, hendaknya ketika menulis komentar, sms atau media lainnya kita tidak menuliskan seperti itu. Tulislah dengan lafazh yang benar seperti “assalamu ‘alaikum”, atau kalau memang tergesa-gesa tidak di tulis juga tidak apa-apa.
Semoga bermanfaat…
Penjelasan lengkap tentang salam ini silakan merujuk ke blog saudara kita Muhammad Abduh Tuasikal di link ini:
Tebarkanlah Salam
sumberhttp://badaronline.com/

Baca Selengkapnya ....

SHALAT DHUHA MAN 1 KENDARI

Posted by Unknown Selasa, 07 Mei 2013 0 komentar
IBU DRA. HJ. SYAMSIAR, S.Pd, M.Hum SEDANG MEMANTAU KEGIATAN SHALAT DUHA DI PAGI HARI
Shalat dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu dhuha. Yaitu waktu ketika matahari terbit hingga terasa panas menjelang shalat Dzuhur. Mungkin dapat diperkirakan sekitar pukul tujuh sampai pukul sebelas. Shalat dhuha sebaiknya dilakukan setelah melewati seperempat hari. Artinya, jika satu hari (12 jam, terhitung dari pukul 5 pagi – pukul 5 sore) dibagi empat maka shalat dhuha sebaiknya dilakukan pada seperempat kedua dalam sehari, atau sekitar pukul sembilan. Sehingga setiap seperempat hari selalu ada shalat. Terhitung dari shubuh sebagai shalat pertama mengisi waktu paling dini. Kemudian shalat dhuha sebagai shalat kedua. Ketiga shalat dhuhur dan keempat shalat ashar. Jika demikian maka dalam satu hari keidupan kita tidak pernah kososng dari shalat.
Shalat dhuha memiliki beberapa fadhilah yang pertama adalah mengikuti sunnah Rasulullah saw. sebagaimana beliau berwasiat kepada Abu Hurairah, ia berkata
 عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال : " أوصاني خليلي بثلاثٍ : صيامِ ثلاثةِ أيامٍ من كل شهر ، وركعتي الضحى ، وأن أوتر قبل أن أنام " ( رواه البخاري 
Rasulullah saw, kekasihku itu berwasiat padaku tiga hal pertama puasa tiga hari setiap bulan, kedua dua rakaat dhuha (setiap hari), ketiga shalat witir sebelum tidur.
Diantara fadhilah yang lain adalah menjadikan diri bersih dari dosa yang memungkinkan terkabulnya segala do’a. Sebagaimana hadits Abu Hurairoh
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " مَنْ حَافَظَ عَلَى سُبْحَةِ الضُّحَى غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ ، وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ "
Barang siapa menjaga shalat dhuha, maka Allah akan mengampunin segala dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.
Dan yang tidak kalah penting adalah fadhilah yang langsung ditegaskan oleh Allah melalui Rasulullah saw dalam hadits Qudsi
 عن أبي الدرداء وأبي ذرِّ ( رضي الله عنهما ) عن رسول الله صلى الله عليه وسلم : عن الله تبارك وتعالى أنه قال : ابن آدم ، اركع لي أربع ركعاتٍ من أول النهار أكفك آخره " ( رواه الترمذي )
Dari Abi Darda’ dan Abi Dzar dari Rasulullah saw (langsung) dari Allah Tabaraka wa Ta’ala “ruku’lah untukku empat rakaat di permulaan hari (pagi), maka Aku akan mencukupimu di sisa harimu”  
Shalat dhuha minimal dilaksanakan dua raka’at, dan yang baik adalah empat rekaat sedangkan sempunanya adalah enam raka’at, dan yang paling utama adalah ukuran maksimal yaitu delapan rakaat.Shalat dhuha sebaiknya dilakukan dua rakaat untuk satu kali salam, walaupun boleh melangsungkannya dalam empat raka’at sekaligus. Untuk dua rakaat shalat dapat dimulai dengan niat أصلى سنة الضحى ركعتين لله تعالى  Ushalli sunnatad dhuha rak’ataini lillahi ta’ala. Aku niat shalat dua dua raka’at karena Allah.
Kemudian dilanjutkan dengan bacaan al-Fatihah dan disusul kemudian surat was-Syamsi wa dhuhaha untuk raka’at pertama dan qul ya ayyuhal kafirun  untuk raka’at kedua. Demikianlah selanjutnya diulang dengan bacaan surat semampunya.Adapun bacaan do’a dalam shalat dhuha sangatlah beragam akan tetapi yang masyhur adalah
 اللَّهُمَّ إنَّ الضُّحَى ضَحَاؤُك وَالْبَهَا بَهَاؤُك وَالْجَمَالُ جَمَالُك وَالْقُوَّةُ قُوَّتُك وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُك وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُك اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضَحَائِكَ وَبِهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِك آتِنِي مَا آتَيْت عِبَادَك الصَّالِحِينَ
allahumma innad dhuhaa dhuha uka, wal bahaa bahaa-uka, wal jamaala jamaa-luka, wal quwwaata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ishmata ishmatuka. allahumma inkaana rizqi fis-samaa-i fa-anzilhu, wainkaana fil-ardli fa akhrijhu, wainkaana mu’siron fayassirhu, wainkaana charooman fathohhirhu, wainkaana ba’iidan faqorribhu, bichaqqi dhuhaaika, wajaamalika, wabahaaika, waqudrotika, waquwwatika, waishmatika, aatini maa’ataita ‘ibaadakash-sholichiin. 
(ya allah sesungguhnya waktu dhuha adalah dhuha-mu, dan keindahan adalah keindahan-mu, dan kebagusan adalah kebagusan-mu, dan kemampuan adalah kemampuan-mu, dan kekuatan adalah kekuatan-mu, serta perlindungan adalah perlindungan-mu. ya allah apabila rizqiku berada dilangit maka mohon turunkanlah, bila di bumi mohon keluarkanlah, bila sulit mudahkanlah, bila jauh dekatkanlah, dan bila haram bersihkanlah, dengan haq dhuha-mu, keindahan-mu, kebagusan-mu, kemampuan-mu, kekuatan-mu dan perlindungan-mu, berikanlah kepadaku apa saja yang engkau berikan kepada hamba-hambamu yang sholeh).












 pak safrudin lagi melihat kedepan


Baca Selengkapnya ....

kepala madrasah sedang mengumumkan lomba kebersihan antar kelas

Posted by Unknown 0 komentar






wakamad sarana Moh. safrudin, sedang mengumumkan lomba kebersihan antar kelas, kelas XII ips 1 sebagai juara pertama menyusul X 6 sebagai juara II dan XII agama sebagai juara III


ibu Dra.Hj. syamsia, S.Pd, M.Hum lagi memberikan hadiah bagi siswa yang berprestasi




































Baca Selengkapnya ....

BERSYUKUR AKAN MELEMBUTKAN HATI

Posted by Unknown 0 komentar
Ketika saya mendengar penjelasan  bahwa hanya sedikit orang yang bisa bersyukur, maka pikiran saya bertanya-tanya. Apa susahnya bersyukur itu. Bukankah cukup mengucapkan kalimah alhamdulillah, yaitu segala puji bagi Allah. Apa beratnya bagi seseorang yang merasakan kenikmatan lalu segera memuji kepada sang pemberinya. Dzat yang maha pemberi itu, diakuinya  adalah Allah. Mengapa itu sulit dilakukan, hingga orang yang melakukannya  itu menjadi sedikit. 
 
Akan tetapi kemudian,  setelah melakukan perenungan mendalam, ternyata memang sekedar bersyukur itu tidak mudah. Penghalangnya adalah pada perasaan diri sendiri, dan bukan pada orang lain. Mengatur perasaan itulah yang ternyata tidak mudah. Banyak orang mampu mengatur wajahnya, rambutnya, badannya,  hingga menjadi kelihatan cantik atau tampan tetapi  ternyata gagal tatkala harus mengatur atau menata perasaan atau hatinya sendiri.
 
Bersyukur adalah bagian dari keberhasilan mengatur perasaan itu. Sabar, ikhlas, tawakkal, dan lain-lain adalah urusan hati atau urusan perasaan. Dan  ternyata, mengurusnya  memang tidak mudah. Boleh saja orang menyuruh orang lain agar bersyukur, sabar dan ikhlas, tetapi dirinya sendiri juga tidak bisa menjalankannya. Banyak orang tidak lulus tatkala menjalani ujian kesabaran, keikhlasan, dan keharusan bersyukur.
 
Saya pernah datang bertakziyah ke rumah seorang kyai yang sedang ditinggal mati  anaknya, karena kecelakaan. Di daerah itu, kyai ini selalu diminta berceramah untuk memberi nasehat, termasuk ketika terdapat keluarga yang sedang terkena musibah kematian.  Tentu tatkala berceramah di keluarga yang terkena musibah itu, kyai menjelaskan tentang pentingnya kesabaran  dan keikhlasan. Bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan pada saatnya kemudian akan kembali. Kyai ini faham betul tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menyikapi kematian atau musibah.
 
Akan tetapi,  ketika musibah itu datang kepada dirinya sendiri, ternyata kyai dimaksud gagal menata hatinya. Apa yang menimpa pada anaknya, ia tidak bisa menerimanya. Seperti orang yang tidak mengerti ajaran Islam, ia menyalahkan banyak orang yang menyebabkan  anaknya mengalami kecelakaan itu. Siapapun disalahkan, apalagi bus yang menabrak anaknya itu.  Ketika saya mencoba untuk bersabar dan ikhlas ditolak olehnya. Ajakan saya itu  dibantah, agar saya tidak menyebut kata-kata sabar dan ikhlas. Dia mengatakan sudah tahu tentang itu, tetapi ia mengaku berat mendengarkannya.
 
Kasus tentang kegagalan menata hati yang serupa dengan kisah tersebut  adalah sebagai berikut. Seseorang yang semasa kecil menderita karena kekurangan, bercita-cita untuk memperbaiki keadaannya di masa depan. Cita-citanya itu berhasil, dan bahkan melebihi apa yang sejak semula diharapkan. Jenjang pendidikan tertinggi diraih, berhasil  mendapatkan posisi terhormat di tempat kerjanya,  memiliki rumah, kendaraan, dan bahkan bersama  keluarganya telah menjalankan ibadah haji. Sebagai orang yang dahulu mengalami serba kekurangan, keberhasilan  itu  tidak terbayangkan sebelumnya. Namun ternyata,  semua itu bisa diraih dalam hidupnya.
 
Pertayaannya adalah,  apakah keberhasilan tersebut berhasil disyukuri ? Tentu tidak ada orang yang tahu, kecuali Tuhan sendiri. Akan tetapi dari tanda-tanda yang bisa ditangkap, bahwa ternyata bukti-bukti kesyukuran itu sangat sulit dicari. Ia kelihatan belum merasa puas dengan apa yang telah diterimanya. Justu yang terdengar dari yang bersangkutan adalah mengeluh, merasa  hidupnya belum berhasil, dan masih berkekurangan. Ia gagal bersyukur, termasuk  berterima kasih kepada teman-teman yang selama ini membantunya.  Rupanya ia merasa bahwa keberhasilannya itu adalah atas dasar kekuatannya sendiri. Seolah-olah orang lain tidak pernah terlibat. Kalaupun terlibat dipandang sebagai kewajiban orang lain  yang harus diterima olehnya.
 
Kasus-kasus serupa itu jumlahnya banyak sekali, sehingga sangat mudah ditemui di mana-mana. Persoalan itu sebenarnya menyangkut tentang bagaimana  menata perasaan atau  hati. Tugas  itu ternyata bukan  persoalan mudah. Sementara orang mengatakan bahwa, dalam soal menata hati tidak ada sekolahnya. Orang bisa saja sekolah dan akhirnya mampu menciptakan  teknologi modern, seperti pesawat terbang, teknologi informasi, alat perang yang canggih, dan lain-lain. Akan  tetapi ternyata,  belum tentu yang bersangkutan mampu menata hatinya. Demikian pula, banyak orang berhasil meraih gelar  Doktor,  tetapi belum tentu lulus tatkala harus menata hatinya sendiri. 
 
Menata hati agar bisa ikhlas, sabar, dan bersyukur ternyata tidak mudah. Orang yang sudah berhasil meraih jabatan puncak dalam sebuah organisasi, mengumpulkan harta kekayaan hingga  sulit menghitungnya, mendapatkan berbagai penghargaan dan prestasi, belum tentu bisa menyukurinya. Oleh karena itu, telah menjadi jelas, bahwa bersyukur itu adalah berat dan tidak mudah.  Beryukur sama dengan keberhasilan menata hati. Ternyata sedikit saja orang yang berhasil melakukannya. Kita bisa menata kampus, menata kantor, menata kebun, menata rumah, menata mahasiswa, menata perusahaan, dan lain-lain, namun  ternyata belum tentu berhasil mengerjakan pekerjaan yang selalu lebih berat, yaitu bersyukur atau menata hatinya masing-masing. Wallahu a’lam.
oleh; moh. safrudin, staf pengajar MAN 1 KENDARI

Baca Selengkapnya ....

MAN 1 Kendari: Perpisahan Untuk Ibu Sumiarti & Miss. Catharina Everlyn

Posted by Unknown 0 komentar
Guruku! Dengan apa ku membalas jasamu. Kau korbankan waktu dan tenagamu untuk mendidik dan mengajariku. Tiada kau bedakan siapa diriku ini, apakah orang lemah, kuat, miskin atau kaya. Kau kerahkan seluruh tenaga dan pikiranmu demi kebaikanku. Demi masa depanku agar aku benar-benar menjadi orang yang berguna, bagi umat manusia, bangsa, dan negara. Kini kita kan berpisah! Hanya ucapan terima kasih dan do'a yang bisa kupanjatkan. Aku berharap, kau kan selalu dalam lindungan-Nya. Aku berharap, kau kan selalu bersabar dalam menhadapi anak-anak didikmu






'Jika ada yang bertanya, siapa orang yang paling banyak jasanya bagi diriku. Tentu aku akana menjawab, orang tuaku dan guru-guruku. Karena sejatinya mereka semua adalah orang tuaku. Tiada mereka menginginkan dariku melainkan agar aku menjadi orang yang benar dan berguna bagi semua. Guruku juga orang tuaku. Meskipun suatu saat nanti aku tidak bersamanya, tapi aku tak akan pernah bisa melupakan jasa-jasanya, sebagaimana aku tak akan bisa melupakan orang tuaku'





'Kini aku harus berpisah meninggalkan sekolah tercinta ini. Tapi hatiku tak kan berubah. Guruku tetap guruku. Guruku tetap orang tuaku. Meski jarak memisahkan kita. Aku mungkin saja melupakan pelajaran-pelajaran yang pernah kau ajarkan. Tapi aku tak akan pernah lupa dengan semua jasa yang pernah kau berikan. Terima kasih guruku.'

Baca Selengkapnya ....

Rp 20 M Dana BOPTN UT untuk Pembebasan Biaya Studi Guru di Daerah 3T

Posted by Unknown Senin, 06 Mei 2013 0 komentar



Jakarta, 22 April 2013– Anggaran Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Universitas Terbuka (UT) sebesar Rp 20 miliar disiapkan untuk pembebasan biaya studi bagi guru di daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T), yang belum memiliki kualifikasi S1/D4.
Penggunaan anggaran BOPTN bagi program tersebut  merupakan bentuk penugasan yang diberikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi kepada UT. “Ini merupakan upaya kementerian untuk mendorong guru untuk segera mencapai kualifikasi pendidikan jenjang S1 atau D4, sebagaimana amanat UU Guru dan Dosen,” kata Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (22/4).
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa hingga 2012, baru 75% dari sekitar 2,9 juta guru memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D4. Artinya, masih 25% lagi guru belum S1 atau D4.
“Jadi program afirmasi untuk guru ini antara lain untuk menjalankan amanat UU Guru dan Dosen di mana telah ditetapkan bahwa semua guru pada akhir tahun 2015 minimal harus bergelar S1 atau D4,” katanya.
Mendikbud menjelaskan, total anggaran BOPTN tahun 2013 sebesar Rp2,7 triliun dialokasikan bagi 92 PTN.  Alokasi penggunaan BOPTN telah diatur untuk membiayai penelitian dosen dan untuk membiayai atau mensubsidi biaya operasional yang lain, terutama untuk SPP, uang gedung, uang praktikum, dan wisuda, serta biaya-biaya lain yang dibayar mahasiswa. Khusus untuk UT, dana BOPTN utamanya untuk mensubsidi kegiatan operasional yang berkaitan dengan tutorial (baik yang tatap muka maupun yang online), ujian, layanan mahasiswa luar negeri di kantong-kantong TKI, seperti Hong Kong, Korea, dan Taiwan, serta pembebasan biaya studi guru 3T.
Dirjen Dikti Djoko Santoso pada kesempatan ini mengungkapkan bahwa dengan adanya BOPTN dan diberlakukannya Uang Kuliah Tunggal (UKT), maka pihak kampus tidak boleh memungut biaya lain  dari mahasiswa selain Satuan Pembiayaan Pendidikan (SPP).
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UT Prof Tian Belawati mengatakan, pihaknya siap untuk menjalankan penugasan dari Kemdikbud terkait dengan pelayanan bagi guru yang belum S1 atau D4 di daerah 3T. Pada tahun 2012 saja, kata dia, dari sekitar 493.000 mahasiswa UT, 78% diantaranya adalah para guru yang ingin meningkatkan kualifikasi akademik S1 atau D4 dari seluruh penjuru Tanah Air.
Tian mengungkapkan bahwa tahun 2013 UT mendapatkan Rp100 miliar anggaran BOPTN, dan Rp20 miliar diantaranya diperuntukkan bagi pembebasan biaya studi guru yang belum S1 atau D4 di daerah 3T.  Anggaran sebesar Rp20 miliar ini diharapkan dapat membiayai sekitar 4.139 mahasiswa, dimana setiap mahasiswa disubsidi Rp4,8 juta per tahun.
Ia menjelaskan, pihaknya akan mengoptimalkan biaya yang telah tersedia tersebut untuk bisa benar-benar dimanfaatkan bagi pembebasan studi guru di daerah 3 T. Sebab, “faktanya memang masih banyak guru yang belum S1 atau D4” pungkas wanita yang juga menjadi Presiden Konsul Universitas Terbuka Dunia ( President of International Council for Open and Distance Education) ini.

Baca Selengkapnya ....

Wamenag: Indonesia Tanpa UN Terancam Disintegrasi

Posted by Unknown Minggu, 05 Mei 2013 0 komentar
 Wamenag: Indonesia Tanpa UN Terancam Disintegrasi
FotoJakarta (Pinmas)— Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa ujian nasional (UN) yang diselenggarakan dari tahun ke tahun masih relevan untuk tetap dipertahankan karena jika dihapus bakal berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa.
“Bakal terjadi keadaan tidak bersatu padu, terpecah belah, hilang keutuhan atau persatuan, karena itu UN perlu dipertahankan,” katanya ketika melakukan peninjauan UN di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin.
Didampingi Direktur Pondok Pesantren Ace Saefuddin dan sejumlah pejabat Kemenag lainnya, Wamenag sempat mendapat penjelasan dari Kepala MTs Negeri 19 H. Wawan M tentang jalannya UN di madrasah tingkat menengah tersebut.
UN 2013 di Jakarta diikuti 15.968 siswa dengan rincian Jakarta Pusat (443 siswa), Jakarta Utara (1.549), Jakarta Barat (3.237), Jakarta Selatan (4.919), Jakarta Timur (5.750) dan Kepulauan Seribu (70).
Secara nasional, UN 2013 untuk madrasah diikuti 1.659.717 siswa terdiri dari 484.230 siswa madrasah ibtidaiyah (MI/SD), 829.884 siswa madrasah tsanawiyah (MTs/SMP), dan 345.603 siswa madrasah aliyah (MA/SMA).
UN pada 2013 ini, menurut Nasaruddin, memang dihadapkan pada adanya kritik tajam terkait persoalan teknis, seperti keterlambatan pendistribusian soal ketika berlangsung UN untuk tingkat sekolah lanjutan atas pekan lalu.
Namun hal itu jangan membuat semua pihak saling menyalahkan, sehingga tenaga atau energi terkuras hanya untuk membahas hal itu.
Justru kekuatan harus diarahkan bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan ke depan lebih baik.
“Jika UN ditiadakan, justru Indonesia akan dihadapkan kepada sejumlah kesulitan, antara lain tak bisa memetakan tingkat kemampuan siswa terhadap hasil penyelenggaraan pendidikan selama ini,” katanya.
Jika terjadi ketimpangan pendidikan antara satu wilayah dengan wilayah lain, tidak mustahil akan muncul penilaian atau pendapat bahwa pemerintah pusat hanya memperhatikan satu wilayah saja. Akan terjadi kesenjangan pendidikan yang bermuara munculnya fitnah karena pemerintah pusat dianggap lalai dengan tidak memperhatikan pendidikan.
Perbaikan mesti dilakukan. Jika ada kekurangan harus diperbaiki karena kesalahan tak boleh terjadi lagi. Jangan sampai jatuh di tempat yang sama pada pelaksanaan UN ke depan. Tetapi, lanjut dia, jika UN ditiadakan, tentu dengan berbagai implikasi yang muncul, bisa membawa disintegrasi bangsa.
Segera Perbaiki
Pada kesempatan itu, Wamenag Nasaruddin Umar menyempatkan meninjau pelaksanaan UN dari luar kelas. Ia mengaku terkejut bahwa di wilayah Jakarta, kondisi bangunan MTs Negeri 19 sangat memprihatinkan. MTs Negeri 19 berdiri di atas lahan seluas 2.400 meter persegi dengan bangunan berlantai dua.
Namun, menurut pejabat tata usaha madrasah tersebut, Amiruddin, bangunan yang dibangun pada 1995 tersebut rawan roboh, karena lahannya bertanah lembek akibat bekas rawa.
Selain itu, di berbagai tempat banyak dijumpai retakan pada tiang bentangan, sehingga untuk menjaga keselamatan siswa agar tak tertimpa bangunan dibuatkan tiang penyangga besi.
Wamenag Nasaruddin Umar minta agar pihak madrasah bersangkutan melapor kepada Dinas Pendidikan di Jakarta. “Segera perbaiki dan terlebih dahulu harus melakukan pengecekan terhadap pondasinya,” katanya.
Ia mengapresiasi madrasah ini yang telah memberi perhatian kepada para siswanya dengan cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan. Misalnya, Shalat Dhuha dan bekerja gotong royong sehingga lingkungan madrasah terlihat asri dan bersih.
“Kekompakan antarsiswa perlu ditanamkan, sebab apa pun pelajaran yang diberikan tidak akan membuahkan hasil jika tidak disertai kebersamaan atau nilai-nilai,” katanya.(ant/ess)

Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of MAN 1 KENDARI.