PERCAKAPAN BAHASA ARAB TENTANG KELUARGA

Posted by Unknown Jumat, 16 Mei 2014 1 komentar


اْلأُسْرَة
KELUARGA


PETUNJUK: Download file audio percakapan ini. Dengarkan dengan saksama audionya tanpa melihat teksnya. Setelah itu, bacalah teksnya dengan suara nyaring (tanpa mendengar audio) sambil memahami maknanya. Kemudian dengarkan kembali audionya sambil melihat teksnya. Akhirnya, dengarkan lagi audionya tanpa melihat tulisannya.


عَلِيٌّ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
عَمَّارٌ: وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ
عَلِيٌّ: هَذِهِ صُوْرَةُ أُسْرَتِيْ
Ini adalah foto keluargaku

عَمَّارٌ: مَا شَاءَ اللهُ
عَمَّارٌ: مَنْ هَذَا ؟
Siapa ini?
عَلِيٌّ: هَذَا وَالِدِيْ عَدْنَانٌ، هُوَ مُهَنْدِسٌ
Ini ayahku, Adnan. Dia seorang insinyur.
عَمَّارٌ: وَمَنْ هَذِهِ ؟
عَلِيٌّ: هَذِهِ وَالِدَتِيْ سَعِيْدَةٌ، هِيَ طَبِيْبَةٌ
Ini ibuku, Saidah. Dia seorang dokter.
عَمَّارٌ: وَمَنْ هَذَا ؟
عَلِيٌّ: هَذَا أَخِيْ عِيْسَى، هُوَ طَالِبٌ
Ini saudaraku, Isa. Dia seorang mahasiswa.
عَمَّارٌ: وَمَنْ هَذِهِ ؟
عَلِيٌّ: هَذِهِ أُخْتِيْ عبْلَة، هِيَ مُعَلِّمَة
Ini saudariku, Ablah. Dia seorang guru.
عَلِيٌّ: وَهَذَا جَدِّيْ. وَهَذِهِ جَدَّتِيْ
Dan ini kakekku. Dan ini nenekku.
عَمَّارٌ: مَا شَاءَ اللهُ
Ulangi kegiatan di atas hingga lancar lalu praktikkan bersama orang lain

Baca Selengkapnya ....

ISIM ALAM

Posted by Unknown 0 komentar

02. Isim 'Alam

اِسْم عَلَمُ
ISIM 'ALAM (Kata Benda Nama)


Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama diri (proper name) dari seseorang atau sesuatu.

Perhatikan perbedaan Isim 'Alam dengan Isim yang biasa di bawah ini:

Isim Biasa
  • رَجُل (=laki-laki)
  • اِمْرَأَة (=perempuan)
  • قَرْيَة (=negeri)
  • شَهْر (=bulan)

Isim 'Alam
  • مُحَمَّد (=Muhammad), عُمَر (=Umar), سُودِرْمَان (=Sudirman)
  • خَدِيْجَة (=Khadijah), مَرْيَم (=Maryam), كَرْتِيْنِي (=Kartini)
  • مَكَّة (=Makkah), مَدِيْنَة (=Madinah), جَاكَرْتَا (=Jakarta)
  • رَمَضَان (=Ramadhan), رَجَب (=Rajab), يَنَايِر (=Januari)

Baca Selengkapnya ....

JAGALAH SHALATMU

Posted by Unknown Kamis, 15 Mei 2014 0 komentar


JAGALAH SHALATMU
Oleh : Moh. Safrudin
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Kaum muslimin a’azzakumullah
Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah kenyataan bahwa sangat banyak di antara manusia yang mengaku beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antara bentuk riil kondisi sebagian kaum Muslimin yang sangat menyedihkan tersebut adalah semakin banyaknya orang-orang Islam masa sekarang yang mulai meremehkan dan menyia-nyiakan shalat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam agama Islam, shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu perintah shalat, yaitu dengan dimi’-rajkan ke langit didampingi malaikat Jibril ‘alaihis salam. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Ta’ala berbicara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah shalat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam satu hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ الله.
Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. at-Tirmidzi no. 2616).
Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).
Dan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّه.
Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka darah dan harta mereka terpelihara dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Shalat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. at-Tirmidzi, no. 413).
Di samping itu, shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya ia berkata,
كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.
“Wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ‘Kerjakanlah shalat, Kerjakanlah shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.” (HR. Ahmad, no. 25944).
Hadirin yang dirahmati Allah
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah shalat dalam agama Islam yang kita anut, sehingga al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih telah memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Dalam surat al-Muddatstsir ayat 42-43 Allah Ta’ala berfirman,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Adapun di dalam as-Sunnah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat diancam akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
“Barangsiapa yang menjaganya (shalat fardhu), maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540 dan ad-Darimi, no. 2721, Shahih Ibnu Hibban, no.1476. Syu’aib al-Arna’uth mengatakan ‘Isnadnya shahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami’ no. 2851).
Jamaah Jumat hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan shalat?
Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan shalat. Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi Jamaah sekalian, terlepas dari perbedaan penda-pat para ulama tentang hukum dan hukuman bagi orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, hendaknya seorang Muslim merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan shalat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut untuk meninggalkan shalat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari Allah Ta’ala maupun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga Ibnul Qayyim rahimahulloh berkata, “Orang yang meninggalkan shalat telah berbuat dosa besar yang paling besar, lebih besar dosanya di sisi Allah daripada membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain. Lebih besar dosanya daripada berzina, mencuri dan minum khamar. Orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Lihat Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha hal. 9, karya Ibnul Qayyim).
Shalat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan di antaranya adalah dengan mengerjakan shalat.
Hadirin Rahimakumullah
Perhatikanlah orang-orang yang tidak shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang shalat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam shalat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu membawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (Ar-Ra’d: 28).
Jiwa orang yang melakukan shalat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma’ninah dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan shalat. Hidupnya mengalami was-was, tidak tenang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.
Tunaikanlah shalat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat. Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surge-Nya yang penuh dengan nikmat.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA :
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Jika meninggalkan shalat memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang sedang sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang membenarkan diperbolehkannya meninggalkan shalat bagi orang yang sehat, sementara orang yang sakit saja tetap diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat cenderung menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai dengan logika akal manusia.
Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka shalat tetap wajib kita lakukan, baik ketika sehat ataupun sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Shalat wajib yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita.
Oleh sebab itu hadirin sekalian, dalam khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi dan Jamaah sekalian, janganlah sekali-kali kita meremehkan shalat apalagi meninggal-kannya. Jadilah kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu menjaga shalat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang ter-sisa. Berapa pun panjangnya usia kita, namun kita meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini. Dan setiap orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita kerugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu bagaikan awan yang berarak di angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja yang ia dapati hanyalah tanah, sementara ia tidak mendapatkan orang yang dapat menyelamatkannya atau menolongnya, wal’iyadzu billah.
Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan shalat yang lima waktu dan melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita, dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada, serta orang-orang yang shalih, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat.

Baca Selengkapnya ....

Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya

Posted by Unknown Selasa, 13 Mei 2014 0 komentar
Pembagian Fi'il
أَقْسَامُ الفِعْلِ
Aqsaamul Fi'li 


Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya
تَقْسِيْمُ الْفِعْلِ بالنَّظَرِ إِلَى زَمَنِ وُقُوْعِهِ 
Taqsimul Fi'li Binnadhori Ilaa Zamani Wuquu'ihi 
 Pembagian Fi''il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya dibagi atas 3
1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhori'
3. Fi'il Amr

Uraian:

1. Fi’il  Madhi: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau

Contoh:

خَلَقَ ~khalaqa = telah menciptakan
خَرَجَ ~kharaja = telah keluar
أََمَرَ  ~ amara = telah memerintah
أَكَلَ  ~akala = telah makan


 2. Fi’il Mudhori’: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang atau akan datang

Contoh:

يَخْلُقُ ~yakh-luqu = sedang/akan mencipta
يَخْرُجُ ~yakh-ruju = sedang/akan keluar
يَأْمُرُ ~ ya'-muru = sedang/akan memerintah
يَأْكُلُ ~ya'-kulu = sedang/akan makan


 3. Fi’il Amr:  adalah Fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu pada waktu setelah pengucapan (kata kerja perintah)

Contoh:

اُدْخُلْ ~udkhul ! = Masuklah!
اُخْرُُجْ ~ukhruj! = Keluarlah!
اِِجْلِسْ ~ijlis ! = Duduklah!
اِِرْفَعْ ~irfa'! = Angkatlah!

Baca Selengkapnya ....

Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya

Posted by Unknown 0 komentar
Pembagian Fi'il
أَقْسَامُ الفِعْلِ
Aqsaamul Fi'li 


Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya
تَقْسِيْمُ الْفِعْلِ بالنَّظَرِ إِلَى زَمَنِ وُقُوْعِهِ 
Taqsimul Fi'li Binnadhori Ilaa Zamani Wuquu'ihi 
 Pembagian Fi''il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya dibagi atas 3
1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhori'
3. Fi'il Amr

Uraian:

1. Fi’il  Madhi: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau

Contoh:

خَلَقَ ~khalaqa = telah menciptakan
خَرَجَ ~kharaja = telah keluar
أََمَرَ  ~ amara = telah memerintah
أَكَلَ  ~akala = telah makan


 2. Fi’il Mudhori’: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang atau akan datang

Contoh:

يَخْلُقُ ~yakh-luqu = sedang/akan mencipta
يَخْرُجُ ~yakh-ruju = sedang/akan keluar
يَأْمُرُ ~ ya'-muru = sedang/akan memerintah
يَأْكُلُ ~ya'-kulu = sedang/akan makan


 3. Fi’il Amr:  adalah Fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu pada waktu setelah pengucapan (kata kerja perintah)

Contoh:

اُدْخُلْ ~udkhul ! = Masuklah!
اُخْرُُجْ ~ukhruj! = Keluarlah!
اِِجْلِسْ ~ijlis ! = Duduklah!
اِِرْفَعْ ~irfa'! = Angkatlah!

Baca Selengkapnya ....

PELAJARAN BAHASA ARAB SYIBHU JUMLAH

Posted by Unknown 0 komentar

Syibhul Jumlah = Menyerupai Kalimat

Syibhul Jumlah:  adalah rangkaian kata(tersusun dari dua kata atau lebih) yang mirip dengan kalimat(jumlah)  namun ia bukan kalimat(jumlah) karena tidak memenuhi kaedah yang sempurna.
 
Syibhul jumlah terbagi atas dua kelompok(susunan) :

1. Susunan Harful Jer  dan  Isim =    حَرْفُ الجَرِِّاِ  + اِسْم 
2. Susunan Zhorof  dan  Isim =  ظَرْفٌ   +اِسْم    

Keterangan:
1. Susunan Harful Jer dan  Isim =   حَرْفُ الجَرِِّاِ  + اِسْم  


Contoh: مِنَ السُوْقِ
مِنَ السُوْقِ ~ minas suuqi  terdiri dari Harful Jer مِنَ ~min = dari  dan Isim السُوْقِ~assuuq = pasar. Disebut juga dengan susunan Jer dan Majrur ( جَرٌّ  وَ  مَجْرُوْرٌ .)
مِنَ السُوْقِ  ~ minas suuqi = dari pasar, merupakan Susunan Syibhul Jumlah.
مِنَ  ~ min = dari,  Harful Jer (Huruf Jer)
السُوْق ~ As-suuq = pasar yaitu Isim, terdapat ciri Isim diawal kata Alif  dan Lam.
 Isim setelah Huruf Jer   yaitu  السُوْق ~ As-suuq berakhiran kasrah inilah yang disebut Isim Majrur.

Keterangan 2. Susunan Zhorof  dan  Isim =    ظَرْفٌ   + اِسْم

Contoh : أمَامَ المَنْزِلِ
أمَامَ المَنْزِلِ ~ amaamal manzili terdiri dari Zhorof  أمَامَ ~amaama = di depan  dan Isim المَنْزِلِ ~al-manzili  = rumah.   Disebut juga dengan susunan Zhorof  dan Majrur (ظَرْفٌ وَ مَجْرُوْرٌ).
أمَامَ المَنْزِلِ  ~ amaamal-manzili = di depan rumah, merupakan susunan Syibhul Jumlah
أمَامَ ~ Amaama =  di depan, Zhorof
المَنْزِلِ ~ Al-manzili = rumah yaitu Isim terdapat ciri Isim diawal kata Alif dan Lam.
 Isim setelah zhorof  أمَامَ ~ amaama yaitu  المَنْزِلِ~ al-manzili berakhiran kasrah.  ini  disebut dengan Isim Majrur.

Catatan:

ظَرْفٌ~ Zhorof;  adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu atau tempat;

Contoh: 1
أمَامَ  ~ amaama = di depan
وَرَاءَ ~ waraa-a = di belakang

Zhorof   أمَامَ  dan  وَرَاءَ  disebut dengan  ظَرْفُ الْمَكَانِ~ Zhoroful-makani = Zhorof keterangan tempat.

Contoh: 2
بَعْدَ ~  ba'da = sesudah
قَبْلَ ~ qabla = sebelum
Zhorof   بَعْدَ dan  قَبْلَ  disebut dengan ظَرْفُ الزَّمَانِ ~ Zhorofuz-zamaani = Zhorof keterangan waktu.

Baca Selengkapnya ....

BUAT SUASANA UJIAN YANG MENYENANGKAN

Posted by Unknown Minggu, 11 Mei 2014 0 komentar
silahkan klik link berikut BUAT SUASANA UJIAN YANG MENYENANGKAN

Baca Selengkapnya ....

Kerukunan

Posted by Unknown Jumat, 09 Mei 2014 0 komentar

Kerukunan

Kerukunan sebagai istilah yang mudah untuk disebut setiap orang, tetapi menjadi rumit untuk diwujudkan. Al-Qur'an telah memberikan petunjuk dalam memelihara kerukunan, diantaranya dengan mengembangkan sikap terbuka sesama muslim, betapapun besarnya perbedaan personal dalam paham atau ataupun tingkah laku. setiap orang harus tetap menunjukkan sikap rukun (solid). Hal ini bukanlah perkara mudah, memerlukan tingkat ketulusan dalam pandangan islam.
1.  Pengertian kerukunan
Kerukunan dalam bahasa Arab disebut dengan kata tawaafuqun, tawaddun, ittifaqul kamilati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerukunan diartikan dengan kelapangan dada, dalam arti suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirianlain, tak mau mengganggu kebebasan berpikir dan berkeyakinan lain. Kerukunan itu adalah satu tata pikir atau sikap hidup (thalent attitude) yang menunjukkan kesabaran dan kelapangan dada menghadapi pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, dan pendirian orang. Dalam istilah agama islam,kerukunan itu dinamakan tasamuh, yaitu membiarkan secara sadar terhadap pikiran atau pendapat orang lain. Orang yang demikian dinamakan toleran.
Kerukunan itu membentuk sikap lahiriah manusia dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Ciri-ciri kerukunan diantaranya tergambar dalam kebesaran jiwa seseorang, keluasan paham dan pengertiannya, serta lapang dada dan sabar menghadapi pendapat-pendapat atau pendirian orang lain yang bertentangan dengan pendapat dan pikirannya sendiri. Di dalamnya, termasuk kerukunan karena perbedaan kepercayaan agama.
2.   Karakteristik Kerukunan
Sifat kerukunan menghendaki bahwa perbedaan agama, kepercayaan, keyakinan dan pendirian, serta paham dan penilaian tidak boleh membuat satu garis pemisah yang memengaruhi hubungan di segala bidang kehidupan. Semua harus senantiasa diciptakan hubungan yang harmoni serta menjauhkan sikap yang kaku dan konfrontatif. kerukunan membentuk watak manusia supaya bersikap menahan diri, lapang dada, dan luwes (flexibility) .Islam tidak mengenal unsur-unsur paksaan. Hal ini berlaku mengenai cara, tingkah laku, dan sikap hidup dalam segala keadaan,serta dipandang sebagai satu hal yang pokok/esensial. Islam bukan saja mengajarkan supaya tidak melakukan kekerasan dan paksaan, tetapi diwajibkannya pula supaya seorang muslim menghormati agama lain serta menghargai pemeluk-pemeluknya dalam pergaulan.
Kerukunan dalam ajaran islam memmiliki batas-batas yang harus diperhatikan. Sikap kerukunan ini tidak boleh memaksa atau merugikan kepada kaum muslimin sendiri.Islam memberikan perlindungan terhadap pemeluk lain yang ingin hidup secara damai dalam masyarakat atau pemerintahan yang dikuasai oleh kaum muslimin. Meraka akan diperlakukan dengan baik dan adil sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani pada zaman pemerintahan Rasulullah di Madinah. Kaum muslimin diikat oleh suatu peraturan supaya hidup bertetangga dan bersahabat dengan orang yang memeluk agama lain. Hak-hak meraka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh dilanggar.

Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of MAN 1 KENDARI.