JAGALAH
SHALATMU
Oleh :
Moh. Safrudin
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا
اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا
رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا
اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan
berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang
mengikutnya hingga hari kemudian.
Selanjutnya
marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala
dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya.
Kaum muslimin
a’azzakumullah
Di zaman yang
semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena
memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah kenyataan bahwa sangat
banyak di antara manusia yang mengaku beragama Islam namun tidak memahami
hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka
sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antara bentuk
riil kondisi sebagian kaum Muslimin yang sangat menyedihkan tersebut adalah
semakin banyaknya orang-orang Islam masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan shalat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani
meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam agama Islam,
shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya. Hal
ini ditunjukkan dengan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menerima wahyu perintah shalat, yaitu dengan dimi’-rajkan ke langit didampingi
malaikat Jibril ‘alaihis salam. Setelah beliau sampai di Sidratul
Muntaha, Allah Ta’ala berbicara langsung kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung
kedudukan ibadah shalat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana
agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam satu hadits shahih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ،
وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ الله.
“Pokok agama
adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah
jihad di jalan Allah.” (HR. at-Tirmidzi no. 2616).
Sidang Jumat yang
Dimuliakan Allah
Shalat merupakan
ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana
Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah
mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(Al-Bayyinah: 5).
Dan sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ
النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا
فَعَلُوْا ذلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ
الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّه.
“Aku telah
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,
kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu,
maka darah dan harta mereka terpelihara dariku kecuali dengan hak Islam, dan
perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Shalat juga
merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti
tersebut dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ
بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ
فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
“Sesungguhnya
yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat.
Apabila shalatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila
shalatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. at-Tirmidzi, no.
413).
Di samping itu,
shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu
‘anha bahwasanya ia berkata,
كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ
رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.
“Wasiat terakhir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ‘Kerjakanlah shalat,
Kerjakanlah shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang
kalian miliki.” (HR. Ahmad, no. 25944).
Hadirin yang
dirahmati Allah
Inilah gambaran
agungnya kedudukan ibadah shalat dalam agama Islam yang kita anut, sehingga
al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih telah memberikan ancaman keras bagi orang
yang meninggalkan shalat. Dalam surat al-Muddatstsir ayat 42-43 Allah Ta’ala
berfirman,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ.
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di dunia) tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Adapun di dalam
as-Sunnah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat diancam akan
dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ
لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ
عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
“Barangsiapa yang
menjaganya (shalat fardhu), maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya,
bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak
menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya),
dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun,
Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540 dan ad-Darimi, no.
2721, Shahih Ibnu Hibban, no.1476. Syu’aib al-Arna’uth mengatakan ‘Isnadnya
shahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami’ no. 2851).
Jamaah Jumat
hafizhakumullah
Lantas, apa hukum
orang yang meninggalkan shalat?
Seluruh ulama umat
Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang
yang meninggalkan shalat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada
yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang
lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga
berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan
shalat. Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan
dipenjara, sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum
had baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi Jamaah
sekalian, terlepas dari perbedaan penda-pat para ulama tentang hukum dan
hukuman bagi orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, hendaknya seorang
Muslim merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan
sebab meninggalkan shalat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa
takut untuk meninggalkan shalat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari
Allah Ta’ala maupun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sehingga Ibnul Qayyim rahimahulloh berkata, “Orang yang meninggalkan shalat
telah berbuat dosa besar yang paling besar, lebih besar dosanya di sisi Allah
daripada membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain. Lebih besar dosanya
daripada berzina, mencuri dan minum khamar. Orang yang meninggalkan shalat akan
mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Lihat Kitab
Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha hal. 9, karya Ibnul Qayyim).
Shalat adalah
kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan
lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan
tidak berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan
jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga
harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir
kepada Allah Ta’ala, dan di antaranya adalah dengan mengerjakan
shalat.
Hadirin
Rahimakumullah
Perhatikanlah
orang-orang yang tidak shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun
secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun
mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan.
Berbeda dengan orang yang shalat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan
shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam shalat mengandung dzikrullah
(mengingat Allah) dan itu membawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman
Allah Ta’ala,
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
“Ketahuilah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (Ar-Ra’d: 28).
Jiwa orang yang
melakukan shalat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma’ninah
dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan shalat. Hidupnya mengalami
was-was, tidak tenang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.
Tunaikanlah shalat
karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat.
Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat
demi meraih surge-Nya yang penuh dengan nikmat.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا
أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA :
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah
Jika meninggalkan
shalat memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang
sedang sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang
membenarkan diperbolehkannya meninggalkan shalat bagi orang yang sehat,
sementara orang yang sakit saja tetap diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini
menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat cenderung menuruti hawa
nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan
sesuai dengan logika akal manusia.
Bagaimana pun
keadaan yang kita alami, maka shalat tetap wajib kita lakukan, baik ketika
sehat ataupun sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Shalat wajib
yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita.
Oleh sebab itu
hadirin sekalian, dalam khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib
pribadi dan Jamaah sekalian, janganlah sekali-kali kita meremehkan shalat
apalagi meninggal-kannya. Jadilah kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu
menjaga shalat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang ter-sisa. Berapa
pun panjangnya usia kita, namun kita meyakini bahwa kita pasti akan
meninggalkan dunia yang fana ini. Dan setiap orang yang mengadakan perjalanan
pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan
yang sangat panjang dan tidak akan kembali lagi. Barangsiapa yang dalam
perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita
kerugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana
seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu bagaikan awan yang berarak di
angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat
ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja yang
ia dapati hanyalah tanah, sementara ia tidak mendapatkan orang yang dapat
menyelamatkannya atau menolongnya, wal’iyadzu billah.
Mudah-mudahan
Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan shalat yang lima waktu dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan
hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada
kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah
senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita, dan memberikan petunjuk
kepada kita semua dalam menapaki jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang
Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur,
dan para syuhada, serta orang-orang yang shalih, bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat.