Pendidikan Berkarakter
Rabu, 01 Agustus 2012
0
komentar
UAM MAN I Kendari 2012 |
Kita bisa menengok pemikiran Bung Hatta. Menurut Bung Hatta,
pendidikan harus melayani kebutuhan rakyat. Karenanya, pelajaran atau
kurikulum pun harus disesuaikan dengan kepentingan rakyat dalam
perkembangannya. Artinya, jika sekarang rakyat sedang membangun, maka
lembaga pendidikan mesti mencetak ‘tenaga pembangunan’.
Nah, supaya tanggung-jawab itu bisa terlaksana, maka pendidikan
nasional harus mengutamakan pendidikan karakter. Bagi Bung Hatta, tujuan
universitas tidaklah semata-mata mendidik orang untuk ilmu pengetahuan,
tetapai juga untuk mendidik karakternya. “Ilmu dapat dipelajari oleh
segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, tetapi manusia yang
berkarakter tidak bisa diperoleh begitu saja,” kata Bung Hatta.
Manusia berkarakter itu meliputi: kecintaan pada kebenaran, berpihak
kepada rakyat, siap berjuang demi negara di segala lapangan kehidupan,
berfikiran kritis-konstruktif, mengabdi kepada kemanusiaan, dan
lain-lain.
Inilah dilema dalam pendidikan kita sekarang. Sistem pendidikan
nasional, yang makin tunduk pada ideologi pasar, makin menjauh dari
kepentingan rakyat dan negara. Pendidikan nasional tak lagi menghasilkan
manusia berkarakter. Alhasil, kita punya banyak ahli atau pemikir di
segala bidang, tetapi sangat sedikit yang berdedikasi kepada negara dan
rakyat.
Lihat saja ekonom-ekonom kita. Banyak diantara mereka yang menimbah
ilmu ekonomi di luar negeri. Namun, ketika mereka menjadi pejabat
negara, kebijakan mereka justru menghancurkan ekonomi nasional dan
memiskinkan rakyat. Mereka punya gelar tinggi dan faham teori-teori
ekonomi. Namun, corak berfikir mereka belum lepas dari “economische minderwaardigheid”, yaitu penyakit orang yang selalu merasa rendah diri dalam perekonomian.
Ada beberapa persoalan di sini. Pertama, proses penyelenggaran
pendidikan kita sudah bergeser dari semangat pembukaan UUD 1945, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi semangat melayani kepentingan
akumulasi keuntungan.
Kedua, kurikulum pendidikan tidak lagi disandarkan pada kebutuhan
rakyat. Yang terjadi, kurikulum disusun sesuai dengan kepentingan pasar
tenaga kerja dan kebutuhan industri kapitalis. Akhirnya, banyak
pengetahuan yang dikembangkan di universitas tidak bisa menjawab problem
konkret rakyat.
Ketiga, proses penyelenggaraan pendidikan nyaris tanpa partisipasi
dan keterlibatan massa rakyat. Tembok-tembok universitas dibangun
tinggi-tinggi untuk memisahkan kehidupan kampus dan rakyat di
sekitarnya. Akibatnya, lembaga-lembaga pendidikan seperti terisolasi
dari massa rakyat. Sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia itu
bak menara gading di tengah-tengah massa rakyat.
Keempat, banyak pejabat universitas di Indonesia bermental inlander.
Ini terlihat, misalnya, pada semangat “asingisasi” perguruan tinggi.
Mereka bangga jika kampusnya mendapat kategori “world class university”.
Ironisnya, internasionalisasi pendidikan hanya dimaknai sekadar
penggunaan bahasa asing (Inggris) dalam pengantar kuliah. Sedangkan
corak dan kedalaman ilmunya masih tetap terbelakang.
Kelima, pendidikan nasional sekarang sangat diskriminatif,
segmentatif, dan banyak pengecualian. Orang-orang yang bisa mengenyam
pendidikan hanyalah orang yang sanggup membeli atau membayar mahal. Ini
akibat bekerjanya ideologi pasar dalam dunia pendidikan nasional.
Keenam, pendidikan nasional saat ini sangat alergi dengan
fikiran-fikiran kritis dan emansipatoris. Akhir-akhir ini kita sering
menyaksikan keputusan pejabat universitas mend-DO mahasiswa-mahasiswa
kritis. Juga, tak sedikit universitas yang alergi dengan pergerakan
mahasiswa.
Kekayaan terbesar suatu bangsa terletak pada pengetahuan rakyatnya.
Karena itu, sesuai dengan pembukaan UUD 1945, pendidikan nasional harus
bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan di sini tak bisa
dimaknai sekedar punya “ilmu pengetahuan”, tetapi juga harus punya
keberpihakan dan keterlibatan dalam pembangunan bangsa. Karena itu,
mutlak kurikulum itu harus menekankan agar siswa bisa berfikir kritis,
faham akan realitas sosial di sekitarnya, dan punya tanggung jawab moral
bagi perjuangan rakyat dan bangsanya. Juga, tak kalah pentingnya, harus
sesuai dengan kepribadian bangsa kita.
Sumber :http://www.berdikarionline.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pendidikan Berkarakter
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mansatukendari.blogspot.com/2012/08/pendidikan-berkarakter.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5